20/09/25

IPS KELAS 8 TEMA 2 C. INTERAKSI BUDAYA PADA MASA KERAJAAN ISLAM

Jelajah Akulturasi Budaya Nusantara

Jelajah Akulturasi Budaya Nusantara

Sebuah perjalanan interaktif untuk memahami bagaimana budaya lokal Nusantara berpadu dengan pengaruh Hindu-Buddha dan Islam, menciptakan warisan yang unik dan kaya.

Masa Hindu-Buddha

Sebelum pengaruh India, masyarakat dipimpin oleh kepala suku (*primus inter pares*). Masuknya Hindu-Buddha memperkenalkan sistem **monarki** atau kerajaan. Konsep **Dewa Raja**, di mana raja dianggap sebagai titisan dewa, digunakan untuk melegitimasi dan memperkuat kekuasaan penguasa secara politik dan spiritual.

Masa Islam

Kerajaan Islam atau **kesultanan** melanjutkan sistem monarki. Gelar "raja" digantikan dengan "sultan". Meskipun konsep Dewa Raja ditinggalkan, sultan tetap dianggap sebagai **khalifah** atau pemimpin umat Islam di wilayahnya, yang memberinya legitimasi religius yang kuat. Struktur birokrasi kerajaan seringkali tetap dipertahankan.

Masa Hindu-Buddha

Akulturasi paling jelas terlihat pada candi. Bangunan suci ini memadukan fungsi dan kosmologi Hindu-Buddha dengan struktur asli Nusantara berupa **Punden Berundak** (bangunan pemujaan leluhur yang bertingkat-tingkat).

Representasi Punden Berundak

Masa Islam

Masjid-masjid kuno di Indonesia, seperti Masjid Agung Demak, tidak langsung mengadopsi kubah. Atapnya berbentuk **tumpang** (bertingkat), yang merupakan adaptasi dari atap *meru* pada bangunan suci Hindu-Bali dan konsep punden berundak.

Representasi Atap Tumpang

Masa Hindu-Buddha

Seni Ukir & Relief:

Kisah epik dari India seperti **Ramayana** dan **Mahabharata** dipahatkan di dinding candi. Namun, penggambaran tokoh, pakaian, hewan, dan alamnya disesuaikan dengan suasana dan budaya lokal Nusantara, menciptakan gaya seni yang khas.

Masa Islam

Seni Pertunjukan:

Para Walisongo menggunakan kesenian yang sudah ada sebagai media dakwah. **Wayang Kulit** tetap populer dengan cerita Hindu, namun disisipi nilai-nilai Islam. Musik **gamelan** juga digunakan dalam perayaan Islam seperti Sekaten.

Masa Hindu-Buddha

Aksara & Bahasa:

Pengenalan **Aksara Pallawa** dan **Bahasa Sanskerta** memicu lahirnya tradisi tulis. Aksara dan bahasa ini digunakan dalam prasasti dan kitab.

Karya Sastra:

Epik India digubah ulang oleh pujangga lokal menjadi karya sastra agung seperti **Kitab Bharatayudha** dan **Arjunawiwaha**, yang disesuaikan dengan filosofi dan nilai-nilai Jawa kuno.

Masa Islam

Aksara & Bahasa:

Bahasa Melayu menjadi lingua franca dan diperkaya dengan kosakata dari Bahasa Arab. **Aksara Arab-Melayu (Jawi)** digunakan secara luas untuk penulisan.

Karya Sastra:

Genre sastra baru muncul, seperti **Hikayat** (kisah kepahlawanan Islam), **Babad** (sejarah raja-raja yang diislamkan), dan **Syair** (puisi bernuansa Islami).

Masa Hindu-Buddha

Kepercayaan & Pemujaan:

Kepercayaan animisme dan dinamisme lokal berakulturasi dengan Hindu-Buddha. Pemujaan terhadap roh leluhur di tempat-tempat tinggi (gunung) tetap berjalan, berdampingan dengan pemujaan dewa-dewa Hindu atau konsep pencerahan Buddha.

Masa Islam

Ziarah & Kalender:

Tradisi menghormati leluhur diakomodasi menjadi tradisi **ziarah** ke makam ulama atau Walisongo. Sistem **Kalender Saka** (Hindu) diakulturasikan dengan **Kalender Hijriah** (Islam) oleh Sultan Agung dari Mataram, menghasilkan Kalender Jawa Islam yang masih digunakan hingga kini.

Kuis Pengetahuan Budaya Nusantara

Uji pemahaman Anda tentang konsep akulturasi budaya yang telah dijelajahi. Jawab 5 soal pilihan ganda dan 5 soal esai di bawah ini.

Soal Pilihan Ganda (5 Soal)

Soal Esai (5 Soal)

KELAS 9 IPS Tema 04. Kerja Sama Dunia C. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) - Kelas 9 IPS 🌍 Tema 04: K...